Please, add your self in my guestbook...

Selasa, Januari 29, 2008

No Choice : Be Abnormal

No Choice : BE ABNORMAL !

Manusia, dimasyarakat modern membedakan antara waras dan gila, normal dan abnormal, secara transparan. Untuk itu kemudian ada rumah sakit jiwa bagi yang gila. Pada era pra-modern tidak ada rumah sakit jiwa, orang gila dibiarkan hidup bersama masyarakat. Orang waras dan gila sama-sama diterima di masyarakat.

Apa sih waras-gila, normal-abnormal itu?

Tulisan ini jelas tidak dimaksudkan menjawab pertanyaan itu. Waras dan Gila, menurut Sariman jaraknya tipis sekali. Orang dianggap waras jika orang tersebut berperilaku sesuai kepatutan umum, maka penyimpangan terhadap kepatutan itu disebut tidak waras atau gila. Nah ini yang kadang-kadang membuat kita jadi pilon. Bagaimana tidak, kepatutan itu dimasyarakat sangat relatif.

Dahulu, lima belas atau sepuluh tahun lalu, jika ada sepasang laki-laki perempuan jalan bergandengan tangan dikampung saya, maka itu akan di cemooh banyak orang karena dianggap melakukan perbuatan yang tidak patut, tapi sekarang masyarakat sangat permisif dengan hal semacam itu, mau bergandengan tangan kek, mau berciuman kek, mau peluk-pelukan didepan umum kek, patut-patut saja. Huhhh!!!

Orang-orang yang sekarang menghuni rumah sakit jiwa itu, apakah mereka benar gila? Atau hanya karena cara berpikir dan berperilakunya yang tidak sesuai kepatutan umum tadi? Mereka lantas kita anggap gila. Kira-kira apa penilaian mereka yang gila itu terhadap anda-anda yang waras? Bisa jadi menurut mereka justru anda lah yang gila karena anda tidak berperilaku dan bersikap menurut standar kepatutan mereka.

Banyak orang yang disebut waras yang melakukan hal-hal gila. Misalnya suami yang mengkhianati istri, istri yang serong dengan sopir pribadinya, mengkonsumsi minuman keras berlebihan, mengkonsumsi narkoba, mengebiri hak-hak rakyat, menaikkan harga sembako diatas kemapuan daya beli masyarakat, mengorbankan kepentingan bersama demi kepentingan pribadi, menjual aset-aset Negara, itu semua kan sungguh-sungguh nyata melanggar kepatutan, tapi mengapa tidak terima jika dibilang tidak waras atau gila? Dasar pilon!

Demikian juga dengan normal-abnormal. Orang dibilang normal jika perilaku, sikap dan tindakannya sesuai kelaziman pada umumnya. Orang kerja dapat uang atau imbalan, itu normal. Orang berpikir mendapat solusi, itu normal. Untuk bisa menjadi orang sukses harus sekolah, kemudian kerja atau membangun usaha, itu normal. Jadi kalau ada orang tidak berpendidikan tapi bisa sukses maka itu abnormal, bukan?

Ada sebuah kalimat yang pada intinya adalah sebuah ajakan untuk menjadi abnormal, begini “jika anda ingin menjadi luar biasa maka lakukan hal-hal yang luar biasa”. Jadi kalau kita melakukan yang normal-normal saja (standar) maka hasilnya juga biasa saja. Tetapi kalau kita melakukan hal yang luar biasa dalam arti diluar kebiasaan umumnya atau sesuatu yang orang lain belum bisa atau belum pernal lakukan (abnormal), maka kita akan menjadi luar biasa. Nah, hal biasa pun bisa menjadi luar biasa apabila ditangan orang abnormal ini.

Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, itu luar biasa karena ia melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh banyak orang. Mereka itu abnormal. Thomas Alfa Edison, Kolonel Sanders, Julius Tahija, Andrie Wongso, Ciputra, Iwan Fals, Slank, dan lain-lain, mereka itu adalah orang-orang yang melakukan sesuatu secara berbeda dari yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Abnormal juga. Hanya orang-orang pilon saja yang memilih menjadi orang normal, kata Sariman tegas.

Normal itu umum, standar. Maka abnormal itu memiliki dua kemungkinan, dibawah atau diatas standar umum. Dua-duanya abnormal juga. Jadi anda yang abnormal jangan gede rasa dulu, salah-salah anda bisa termasuk yang dibawah standar. Padahal kunci keberhasilan itu adalah ketika kita bisa melampaui batas standar itu tadi, semakin tinggi kita lampaui semakin sukses kita.

Di perusahaan dan dunia kerja ini mutlak. Orang-orang yang kerjanya standar-standar saja, tidak mendapatkan penghargaan. Ingat sebenarnya ketika sebuah perusahaan hendak merekrut pegawai sebenarnya mereka ingin mancari karyawan yang minimal ‘bagus’ (good), syukur-syukur dapat yang “excellent” atau “outstanding” yang mau dibayar “fair”. ‘Cukup’ (fair) saja tidak cukup. Artinya perusahaan mencari orang-orang yang diatas rata-rata, diatas normal alias abnormal.

Kalau anda sudah tiga tahun bekerja dan belum mendapat kenaikan gaji yang cukup berarti sementara pertumbuhan bisnisnya cukup berkembang, belum juga mendapat promosi, maka itu artinya anda hanya pekerja normal. Boss anda tidak akan mengucapkan ‘terimakasih’ kepada anda, karena memang untuk itu anda dibayar. Jika anda di depak dari jabatan anda karena target tidak achieved, atau anda di demosi karena anda kerjanya lelet, itu artinya anda abnormal tapi yang dibawah standar. Dari sisi perusahaan, keberadaan anda hanya menjadi beban. Dan hanya orang-orang abnormal (yang diatas rata-rata) yang layak mendapatkan penghargaan, kenaikan gaji atau promosi. Orang-orang ini, adalah orang-orang yang bisa melakukan turn-around, memutar balikkan keadaan dari rugi menjadi laba, dari inefisien menjadi efisien, dari uncontrol menjadi controllable, dari chaos menjadi konstruktif, Jadi apakah anda akan tetap keukeuh menjadi orang normal?

Saya jelas abnormal, kata Sariman. Saya tidak mau hidup saya standar-standar saja, lahir, tumbuh, sekolah, kerja, menikah, punya anak, tua dan mati. Itu bukan kehidupan yang saya impikan. Saya ingin menjadi teman sekerja Tuhan, saya ingin menjadi rahmat bagi seluruh alam, saya ingin mengubah dunia ini menjadi penuh warna dan penuh cinta kasih, hidup hanya sekali harus berarti. Dan saya sadar itu perlu pemikiran, tindakan, langkah-langkah, strategi yang berbeda dengan yang dilakukan orang normal pada umumnya.

Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters