Please, add your self in my guestbook...

Jumat, Januari 11, 2008

Ayumi (cerpen)

A Y U M I

Cerpen Ray Asmoro

LIBRA ; Pada minggu ini akan ada sebuah pertemuan yang tidak disangka-sangka bakal terjadi sebelumnya. Berikan kesan terbaik. Ingat, kesan pertama menentukan langkah berikutnya. Pembawaan anda yang tenang dan arif membuat lawan jenis merasa aman bila didekat anda. Jangan tergoda oleh bentuk luarnya. Jangan biarkan mata jelalatan. KEUANGAN ; Banyak pengeluaran tak terduga minggu ini. ASMARA ; Ini saatnya bunga-bunga bermekaran. HARI BAIK ; Senin dan Kamis. ANGKA KEBERUNTUNGAN ; 1 dan 8.

* * *

Orang macam mana yang bisa begitu saja percaya sepenuhnya dengan ramalan-ramalan zodiak seperti itu. Walaupun aku tidak percaya, ramalan itu kadang sangat menghibur disaat iseng. Apalagi kalau dibaca beramai-ramai sambil saling memberi komentar. Bisa jadi seru dan lucu. Aku sebenarnya percaya dengan isyarat alam dan astrologi, tapi aku tidak percaya pada ramalan zodiak seperti yang sering dimuat di media masa, walaupun katanya, itu juga didasarkan pada ilmu perbintangan.

Ramalan yang didasarkan pada ilmu perbintangan atau astrologi itu, katanya sudah ada sejak jaman Yunani kuno dulu, jauh sebelum kakek moyangku lahir. Bintang sebagai salah satu fenomena dalam kosmologi semesta alam, memang dipercaya memiliki makna atau isyarat yang dapat dipakai sebagai referensi dalam bertindak dan mengambil keputusan. Itu bagi yang percaya, seperti nelayan yang lebih percaya pada bintang dalam menentukan arah mata angin, karena mereka tidak mengenal kompas. Atau para petani yang percaya dengan kemunculan beberapa rasi bintang sebagai penanda musim, sehingga mereka tahu kapan saat menebar benih, kapan saat menanam, apa yang cocok ditanam, padi atau palawija, dan sebagainya. Bahkan di kampungku, kalau ada pemilihan kepala desa, pada malam menjelang pemilihan, beberapa orang termasuk yang pasang taruhan, sengaja melek, menunggu isyarat bintang. Dan percaya atau tidak, diantara mereka ada yang melihat bintang jatuh. Seperti bola api yang melesat secepat kilat. Pada arah dimana bintang itu jatuh, dipercaya sebagai isyarat bahwa orang itu akan jadi kepala desa.

Karenanya tidak mengherankan juga kalau ada yang percaya dengan ramalan-ramalan zodiak seperti itu. Mungkin karena mereka butuh semacam ‘the second opinion’. Itulah kenapa peran paranormal atau dukun masih diperlukan di jaman kosmopolitan seperti sekarang. Dan Morgan, termasuk salah seorang yang percaya. Meskipun tidak sepenuhnya percaya, namun ada satu atau beberapa yang dirasakannya sebagai sebuah kebenaran. Aku sendiri menganggapnya sebagai suatu kebetulan, jika memang benar terjadi. Tapi bagi Morgan, itu punya pengaruh besar dalam menghadirkan sugesti dan harapan-harapan dalam dirinya.

Ketika Morgan membaca ramalan zodiak minggu ini yang dimuat pada sebuah tabloid. Ada beberapa kalimat yang menjadikannya berharap banyak hal itu bakal benar-benar terjadi. Sebuah pertemuan yang tak disangka-sangka, akan banyak pengeluaran tak terduga dan saatnya bunga-bunga bermekaran, adalah beberapa kalimat dari ramalan zodiaknya minggu ini yang melekat dalam kesadarannya dan menjadi sebuah pengharapan. Mulanya ia menandai kalimat itu dalam pikirannya, lalu ia pakai ilmu otak-atik-gathuk, begitu istilah orang jawa. Itu adalah jurus menghubung-hubungkan satu hal dengan hal lainnya. Yang mulanya tidak berhubungan, dicari alasan dan pembenaran-pembenaran atau dibuat benang merahnya sehingga berbagai hal yang tadinya tidak berhubungan bisa menjadi sebuah hipotesa sebab akibat yang diklaim sebagai kebenaran.

Begitu juga dengan Morgan ketika usai membaca ramalan zodiaknya. Pertemuan yang tak disangka-sangka. Ya. Itu sekalimat yang sangat sensasional menurutnya. Apalagi yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya adalah Ayumi. Angan-angannya melambung. Membayangkan sebuah pertemuan dengan Ayumi secara tak sengaja di plasa atau supermarket, di dalam gedung bioskop, di halte bus, di kafé, di jalanan saat macet, di tengah aksi demonstrasi, atau di rumah sakit ketika bezoek temannya. Tanpa disadari, Morgan sudah membuat sangkaan pertemuan dengan Ayumi. Namun ia tidak bisa menyangka dimana, bagaimana dan kapan pertemuan itu akan terjadi.

“Itu karena kamu memang ingin bertemu dengan Ayumi.” kataku.

“Ya. Dan menurut ramalan ini, pertemuan itu akan datang dengan tak disangka-sangka.” dalihnya.

Kemudian ia menurunkan sebuah hipotesa dengan jurus otak-atik-gathuk-nya yang maut itu.

“Begini. Dalam minggu ini, aku akan bertemu dengan Ayumi dengan tak disangka-sangka. Misalnya, ketika aku sedang nonton konser musik, saat berjingkrak-jingkrak, secara tidak sengaja aku menyenggol seorang perempuan dan perempuan itu ternyata Ayumi, lalu kami bertegur sapa dan berjingkra-jingkrak bersama. Selanjutnya menurut ramalan ini, akan banyak pengeluaran tak terduga. Nah, setelah pertemuan yang tak disangka-sangka tadi itu, membawa kami ke peretemuan-pertemuan berikutnya. Misalnya, setelah nonton konser musik, kami berjanji untuk ketemu lagi esoknya. Lalu kami jalan-jalan ke mal, nonton film, ke kebun binatang atau ke dunia fantasi. Itu banyak ongkosnya kan? Nah, pertemuan-pertemuan itu memberi kesan dalam diri kami masing-masing. Kemudian menurut ramalan, ini saatnya bunga-bunga bermekaran, Bung! Ah, kamu pasti selalu paham soal ini.” katanya

“Tapi bagaimana kamu bisa pastikan bahwa pertemuan tak disangka-sangka itu pertemuanmu dengan Ayumi? Dan bagaimana kamu bisa membuat praduga-praduga atas pengeluaran yang tak terduga itu?”

* * *

Tubuh setinggi seratus enam puluh lima sentimeter dengan berat badan seimbang itu terbungkus gaun hitam. Rambut hitam sebahu, terurai dan tampak sehat terawat. Wajahnya berseri. Matanya bersinar, menyala seperti lampu pijar seribu watt. Kulitnya bersih. Gayanya sederhana namun terlihat anggun dan bersahaja. Senyumnya renyah seperti kerupuk udang yang gurih. Sungguh, sebuah gambaran ideal perempuan ras Asia. Begitulah yang digambarkan Morgan padaku tentang Ayumi.

“Morgan, bagaimana?” aku bertanya.

“Bagaimana apanya?” sahut Morgan.

“Ini kan hari Sabtu, sudah bertemu Ayumi, belum?”

Tidak ada sepatah katapun jawaban atas pertanyaanku. Morgan hanya menggeleng. Mungkin ia merasa dibohongi. Tapi apa salahnya sebuah ramalan jika tidak menjadi kenyataan? Namanya juga ramalan. Dan aku yakin yang membuatnyapun tidak ada maksud membohongi calon pembacanya, toh itu juga didasarkan pada astrologi yang dipercayanya. Ramalan itu memang mengandung prinsip relativitas. Tidak semua tanda atau isyarat mampu diuraikan secara benar. Manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam memberi makna pada fenomena alam. Bagaimanapun, Morgan tidak bisa menuntut pembuat ramalan itu secara pidana, apalagi perdata. Tidak mungkin. Dan Ayumi? Paling tidak ia pernah menjadi sebuah harapan bagi Morgan. Harapan-harapan macam itulah yang membuat orang jadi lebih kuat, punya optimisme untuk tetap survive. Negeri yang sudah carut-marut inipun tidak dikatakan bangkrut karena disetiap diri kita masih memiliki pengharapan untuk menjadi lebih baik. Sekecil apapun itu.

“Atau mungkin pertemuan yang tak disangka-sangka lainnya tapi bukan dengan Ayumi?” tanyaku kemudian.

“Tidak juga” jawabnya pelan. “Satu-satunya yang benar, yang dikatakan ramalan itu adalah ini saatnya bunga-bunga bermekaran” imbuhnya.

“Maksudmu, kamu menemukan sekuntum bunga? Kamu sedang jatuh cinta?”

“Tidak juga. Tapi bunga-bunga yang kutanam di pot, di teras rumahku, pada bermekaran.” katanya.

Itulah relatifitas kebenaran sebuah ramalan. Tidak ada seorangpun yang mampu menguraikan sebuah isyarat dengan tepat kecuali nabi Yusuf ketika membaca arti mimpi Sang Raja yang memenjarakannya kala itu.

Pagi-pagi esoknya, aku sempatkan ke kios koran dan majalah yang ada di pinggir-pinggir jalan. Tidak seperti biasa, aku membeli sebuah tabloid seperti milik Morgan minggu lalu. Biasanya aku membeli koran harian. Aku tidak pernah membaca tabloid itu sebelumnya. Tapi sekarang ada keinginan kuat untuk membelinya.

Di rumah, aku mulai membuka-buka tabloid. Dari halaman pertama aku hanya menemukan berita-berita gosip tentang kehidupan dan gaya hidup artis dan selebritis. Itulah hebatnya para artis dan selebritis, ulasan tentang kehidupan dan gaya hidupnya bisa dijual, dan laris seperti kacang goreng. Nah, baru pada halaman belakang, dua halaman sebelum halaman belakang, aku menemukan sebuah rubrik “Zodiak Anda”.

Aku tidak tertarik untuk tahu bagaimana isi ramalan zodiakku. Aku lebih tertarik membaca zodiak Morgan, Libra. Minggu ini zodiaknya berbunyi :

Libra ; Tidak perlu berputus asa. Kesempatan itu masih ada. Teman dekat anda mungkin bisa membantu menyelesaikan persoalan yang tengah anda alami. Cobalah membuka diri. Sikap anda yang percaya diri itu baik, tapi harus tetap di kontrol. Kalau romantisme itu hanya sebuah mimpi mengapa tidak segera bangun dari tidur? Keuangan ; Akan ada pemasukan yang tak terduga. Asmara ; Teman dekat anda bisa menjadi musuh dalam selimut. Hari Baik ; Rabu dan Jumat. Angka Keberuntungan ; 5 dan 2.

Selalu ada harapan, kawan.

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters