PILONIAN 11 : Global Warming
(by : Ray Asmoro)
Dua minggu belakangan, di koran-koran, di TV-TV ramai diberitakan tentang pemanasan global dan dampaknya terhadap ekosistem bumi. Isu pemanasan global sedemikian hebat dan menakutkan, sehingga kita yang mendengar beritanya sampai merinding.
Semua orang merinding, tapi tidak Sariman. Dia mah, adem-ayem saja. Bukan lantaran dia cuek bebek terhadap lingkungan tetapi… dengarkan petikan wawancara saya dengan Sariman.
Saya : Mas Sariman ini piye toh kok adem-ayem saja. Padahal saat ini semua ramai menyimak isu pemanasan global
Sariman : Saya tidak adem-ayem, saya peduli. Tetapi apa ya harus terus menyikapi itu semua secara emosional? Begini lho dik…Pemanasan global ini bukan isu baru, bertahun-tahun lalu juga pernah diangkat. Bahkan kenapa dinosurus itu sampai punah? Ya salah satu penyebabnya adalah pemanasan global, sehingga ekosistem bumi berubah dan mereka tidak adaptif terhadap perubahan itu.
Saya : Tetapi mengapa minggu-minggu ini begitu ramai diperbincangkan, Mas?
Sariman : Lha disitulah letak pilon-nya. Kenapa baru sekarang, karena tiga hal. Pertama, ke-pilon-an manusia. Maksudnya, manusia bereaksi setelah ada akibat yang tidak menguntungkan. Pilon
Kalau kita mengendarai mobil atau motor kita
Nah ini tidak ada kesadaran seperti itu. Pemanasan global itu sudah dibicarakan sejak lama, bahkan oleh Negara-negara maju seperti AS itu. Tapi karena dulu dampaknya belum cukup bisa membuat merinding, maka ya terus lenyap isu itu. Lalu itu hanya menjadi isu bagi LSM-LSM lingkungan yang (maaf) seringkali kurang memiliki kekuatan politis untuk melakukan perubahan.
Kedua, ini seperti ajang ‘show-off’, dua minggu sebelum ada konferensi di Bali itu, sepertinya belum terjadi pemanasan global toh? Tidak ada koran atau televisi yang mengangkat topik pemanasan global dalam head-line nya. Tapi begitu petinggi dan pakar dari banyak Negara berkumpul di
Itulah alasannya…
Sariman : Hmm.. iya ya. Hal ketiga, ini murni politis. Negara-negara berkembang macam kita ini di paksa untuk melakukan pelestarian lingkungan, sementara negara maju sibuk mengotori dunia dengan segala macam dan bentuk pembangunan. Ini
Saya : Ok, I get the point. Terus apa yang sebaiknya dilakukan oleh warga Negara
Sariman : Seharusnya ya peduli. Bahkan sebetulnya itu fardhu’ain hukumnya. Kepedulian itu bisa dimulai dari lingkungan terkecil, dari hal-hal remeh. Misalnya memisahkan sampah organik dan non-organik. Tapi… (Sariman diam agak lama, ekspresinya aneh, tidak jelas apakah ia sedang berpikir atau bingung)
Saya : Tapi apa Mas..?
Sariman : Capek deh…
Saya : Maksudnya?
Sariman : Bangsa kita ini
Padahal itu juga bukan kepentingan Tuhan. Kita peduli atau tidak terhadap lingkungan, Tuhan tidak merasa rugi. Bahkan kita tidak menyembah Tuhan pun, Tuhan tidak rugi. Tapi ingat Tuhan pernah bilang, kalau kalian tidak ikut aturan-Ku (kata Tuhan), ya silakan menyingkir dari bumi-Ku. Lha anda terus mau kemana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar