Please, add your self in my guestbook...

Minggu, Agustus 19, 2007

Sanwacana tentang PILONIAN

SANWACANA Tentang PILONIAN

Pilonian, istilah ini mungkin hal baru bagi anda. Namun ketahuilah, sebenarnya tidak sama sekali!. The Pilonian Syndrome ini ada dan mewabah disekitar kita dengan atau tanpa kita sadari, bahkan mungkin anda (kita) sendiri mengalaminya, terjangkiti yang namanya The Pilonian Syndrome. Masalahnya seberapa kronis anda terjangkit The Pilonian Syndrome ini. Waspadalah! Waspadalah!

Istilah The Pilonian Syndrome tentu tidak akan anda temukan dalam kamus atau teori psikologi. Syndrome adalah sebuah kecenderungan psikis bahkan dalam teori psikologi itu termasuk “penyakit” kejiwaan. Tentu anda pernah mendengar istilah Post Power Syndrome, itu adalah sebuah kondisi psikis tertentu dimana orang merasa ada yang hilang dan tidak rela karenanya setelah kehilangan kedudukan dan pengaruhnya. Akibatnya orang itu melakukan hal-hal yang kadang tidak masuk akal agar eksistensinya tetap diakui dan tetap mendapatkan puja-puji, tepuk tangan meriah, kalung rangkaian bunga dan hal-hal yang menggelikan lainnya.

Banyak syndrome yang telah diteorikan dan diakui secara masal. Namun The Pilonian Syndrome ini dimunculkan bukan untuk mendapat pengakuan itu. Pilonian ini adalah sebuah syndrome dimana orang seringkali bertindak kebodoh-bodohan alias ke-pilon-pilonan. Anda sering mendengar ungkapan “jangan belagak pilon”, bukan?

Pilon disitu memiliki dua kemungkinan arti. Pertama, pura-pura bego. Yang namanya pura-pura bego itu tidak benar-benar bego, bukan? Mengetahui sesuatu lantas pura-pura tidak tahu, menguasai sesuatu lalu pura-pura tidak berdaya, memiliki sesuatu kemudian pura-pura tidak menyadarinya. Dasar Pilon!

Kedua, ya memang benar-benar bego, pilon, culun (pinjam bahasanya Tukul) katro! Sudah culun, polos, bego lagi. Udah tampangnya miskin, dompetnya kosong pikirannya kusut lagi. Udah tampangnya bego, nggak punya kompetensi yang bisa diandalkan dan parahnya nggak nyadar lagi. Dasar Pilon!

Kalau dicarikan padanan katanya, pilon ini mungkin setara dengan kata bloon, bego, culun dan sejenisnya.

Menariknya, ketika orang mengatakan “jangan belagak pilon”, itu biasanya diungkapkan dalam penegasan yang mengambang. Antara ya dan tidak, antara serius dan bercanda. Dan yang jadi sasaran ungkapan itu biasanya juga tidak marah ataupun tersinggung, paling-paling cuma cengar-cengir. Jadi Pilonian ini adalah sebuah parodi untuk merespon realitas. Layaknya sebuah parodi, Pilonian ini dipakai sebagai alat respon sederhana dan praktis agar urat-urat syaraf kita tidak terlalu tegang.

Kan ada istilah Life Is Fun. Begitu juga dengan pilon. Pilon Is Fun! Dengan semangat Pilonian ini orang lebih santai menyikapi realita dari sisi yang paling lentur, elastis dan ndagel.

Kadang-kadang sikap Pilon ini diambil untuk menyelamatkan diri. Memposisikan diri pada status quo, sehingga bisa “cuci tangan”, lepas dari tanggungjawab. Ya bagaimana anda bisa meminta pertanggungjawaban dari orang pilon? Jika anda begitu, jangan-jangan anda sendiri yang bloon. Namun menariknya sikap Pilon ini sudah mewabah ke seluruh sendi-sendi dan pori-pori kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jadi siapa yang harus dipersalahkan? Kalau kita menyalah-nyalahkan jangan-jangan kita malah dianggap pilon, lha wong mereka sebenarnya cuma belagak pilon. Nah lu!

Pesan saya, jika anda membaca tulisan-tulisan saya ini, cobalah untuk rileks, kendurkan urat-urat syaraf anda, tahan emosi anda dan jangan takut menertawakan diri sendiri jika anda merasa “tersindir”. Cobalah melihat sisi humornya pada hal-hal yang selama ini kita anggap serius, biar hidup ini terasa lebih enteng sehingga kerutan-kerutan penuaan tidak cepat terlihat diwajah anda. Jika anda merespon tulisan saya ini secara serius, jangan-jangan anda sudah terjangkit The Pilonian Syndrome.

Dalam tulisan-tulisan pilonian, saya memunculkan tokoh bernama Sariman. Alasannya, kalau saya memakai anda sebagai tokoh pilon saya kuatir anda tidak terima, tersinggung dan marah-marah terus purik. Padahal diawal kan saya sudah bilang nggak usah terlalu serius menyikapi realita. Lha kalau anda kemudian terbawa emosi, jadi siapa yang pilon?. Dan lagi, Sariman ini luar biasa. “Sari” itu artinya inti atau sejati atau hakikat. Man itu artinya manusia. Jadi Sariman ini adalah manusia sejati (ini ilmu otak-atik-gathuk).

Dalam proses menuju kesejatiannya sebagai manusia dia kadang harus melewati fase dimana dia harus berperilaku dan bertindak pilon. Nah, kita harus sepaham dulu soal ini, bahwa Pilonian ini adalah sebuah proses dan fase menuju kesejatian, tapi bukan berarti anda harus pilon dan berusaha mati-matian untuk menjadi pilon. Maksud saya adalah, jika disekitar anda banya sekali ke-pilon-an, tidak ada salahnya jika kita memberikan sedikit ruang dan pengertian. Sederhananya, untuk bertindak benar kadang kita harus pernah salah, untuk mengerti dan paham kita kadang harus menjadi pilon. Kan ada ungkapan “jika anda ingin mendapatkan fajar pagi, anda harus melakukan perjalanan malam”.

“Fajar Pagi” dalam konteks itu bisa di asosiasikan sebagai pencerahan alias clarity, dimana anda mendapatkan jalan terang, cakrawala kehidupan anda terbentang dan anda bisa melihat jelas masa depan anda, lebih PD dan arif dalam bertindak, bersikap dan berperilaku. Sedangkan “Perjalanan Malam” adalah sebuah idiom tentang kepekatan dan hitam-merahnya lika-liku kehidupan bahkan sebuah kesalahan yang fatal, kebenaran-kebenaran yang tak sempat tersampaikan, lembah-lembah kenistaan dan sebagainya. Jika “perjalanan malam” itu bisa kita menangkan, bisa terlewati, bersiap-siaplah untuk sebuah pencerahan.

Terimakasih.

Ray Asmoro

www.rayasmoro.com

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters