Please, add your self in my guestbook...

Senin, November 10, 2008

Mbah Surip ; I LOVE YOU FULL.. hah, hah, hah, hah...


Mbah Surip ; I LOVE YOU FULL…! Hah..hah..hah..hah…

Saya mengenalnya diakhir tahun 2002, ketika itu saya menjadi ketua panitia dalam even ‘Menjemput Tahun Tanpa Kekerasan’ yang diadakan oleh Jaringan Pekerja Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Dalam acara (menyambut tahun baru) itu kami menggelar acara kesenian, mulai dari teater, musik, puisi, maupun kesenian tradisional. Disamping suguhan pertunjukan dari banyak kelompok teater di Jakarta, juga dari beberapa penampil kesenian tradisional yang kami hadirkan dari Aceh, Jawa dll., banyak pula tokoh seniman dan budayawan yang tampil malam itu seperti; Putu Wijaya, Ratna Riantiarno, (alm) Harry Roesli, Ratna Sarumpaet, Soetardji C. Bachri, Jose Rizal Manua, PM. TOH, dan masih banyak lagi sehingga pergelaran malam itu beralngsung semalam suntuk.

Diakhir acara, menjelang subuh, seorang yang terkesan sangat ’seniman’, pakaiannya nyentrik, rambut gimbal, menenteng sebuah gitar, naik keatas panggung dan... ”hah..hah..hah..hah....” ia memulai dengan tertawa yang khas. Saya pun terkesima dan larut dalam keceriaan yang di hadirkan Mbah Surip.

* * *

Berikutnya saya sering melihat Mbah Surip di setiap acara ”Kenduri Cinta” (yang –sebut saja—diasuh oleh Emha Ainun Nadjib) setiap jumat malam minggu kedua setiap bulan. Kenduri Cinta adalah semacam wadah silaturahim antar umat. Walaupun Cak Nun (Emha Ainun Nadhib) sering mengajak sholawatan, tetapi tamu yang diundang beragam, mulai dari pendeta atau romo, politikus, pengusaha, preman, dan lain-lain. Di Kenduri Cinta semua boleh bicara apa saja. Selain ngobrol dalam sarasehan, ada pula waktu disediakan buat para penampil di Kenduri Cinta, mau main musik silakan, mau baca puisi silakan, mau ludruk-an silakan. Semuanya boleh asal dalam bingkai cinta. Dan Cak Nun melengkapi Kenduri Cinta dengan sentilan-sentilan yang kritis tapi ndagel, sejuk menyentuh bahkan kadang panas membakar.

Dan Mbah Surip salah satu yang saya tunggu-tunggu penampilannya di Kenduri Cinta. Sehingga alasan saya ke Kenduri Cinta tidak jelas lagi apakah karena Cinta yang ditawarkan Cak Nun atau karena kehadiran Mbah Surip disana. Tetapi itu tidak penting.

Sosok Mbah Surip adalah sosok yang periang. Ia selalu menghadirkan kegembiraan dalam setiap tarikan nafasnya. Bahkan tidak sakit hati terhadap setiap olok-olok yang ditujukan padanya. Semua ditanggapi dengan tawa, hah..hah..hah..hah... Malah lalu ia akan katakan ”I LOVE YOU FULL... hah..hah..hah..hah...”. Dan naif rasanya jika meragukan cintanya itu. Karena ia manusia yang selalu diliputi cinta, bahkan ia menjelma cinta. Seharusnya lebih banyak lagi manusia seperti Mbah Surip itu di negeri ini, manusia yang penuh cinta. Memandang segala sesuatu bukan berdasarkan nafsu dan kepentingan pribadi semata, tetapi memandang dan memperlakukan segalanya dengan sesuatu yang paling hakiki : CINTA. Dialah pejuang cinta, manusia cinta. Hah..hah..hah..hah... I LOVE YOU FUL...!!!

Kata ”I Love You Full” sangatlah sarat makna. Menunjukkan keberpihakan dan totalitas Mbah Surip atas cinta. Cintanya selalu ”Full”, tulus, penuh, tidak pernah setengah-setengah. Dan yang penuh itu, ia tebarkan semua ke seluruh jagad raya. Dan cinta selalu menghibur luka, memadamkan amarah dan dendam, melenturkan keakuan. Maka tak heran jika Mbah Surip naik panggung dan bernyanyi, selalu penuh gelak tawa penonton. Yang patah hati seketika sembuh lukanya, yang gelisah karena pengangguran seketika tentram hatinya, yang teraniaya oleh kekuasaan seketika terbit senyum dan tawanya, yang ngga tau siapa dirinyapun larut dalam kegembiraan...

Begitulah Mbah Surip. Saya menganggapnya sebagai ”sufi”. Lantaran ia tak lagi tergoda oleh gemerlap dunia, ia tak butuh puja-puji, ia tak perlu dikasihani, karena CINTA telah cukup memenuhi hidupnya.

* * *

Yang Khas dari Mbah Surip (yang ternyata nama aslinya adalah Urip Aryanto dan konon pernah sekolah di STM Brawijaya Mojokerto) ini adalah rambut gimbalnya, tawanya, penampilannya dan gitarnya. Dulu pernah kami tanyakan soal rambut gimbalnya. Dia bilang dia tidak melakukan permak rambut di salon agar jadi gimbal ala Bob Marley itu. Tapi katanya ia pakai kompor minyak tanah, diatasnya ia letakkan seng, kemudian rambutnya ia panaskan disitu sambil di bentuk jadi gimbal.

”Masa’ tho mbah? Yang bener?”
”Hah..hah..hah.. I Love You Full...” begitu jawaban Mbah Surip. Entah itu sebagai pembenaran atau sebaliknya. Baginya apapun tidak masalah.

Rambut gimbal dan penampilannya yang –sebut saja—lusuh dan terkesan asal-asalan itu mungkin sering membuat orang menjauhinya. Takut. Padahal kenyataan fisik tak selalu berbanding lurus dengan hatinya. Bahkan mungkin banyak yang menganggapnya sebagai orang gila, ndak waras. Tapi Mbah Surip tak peduli dengan predikat apapun yang diberikan padanya. Lha kalu dia cuek saja, kenapa anda yang jadi sewot? Bukankah anda yang ngaku-ngaku waras justru sering berbuat ”gila”? Hah..hah..hah..hah... I Love You Full...

* * *

Ngrasani Mbah Surip rasanya tak lengkap jika tidak melongok lagu-lagu ”HITS”nya. Saya tidak tahu persis seberapa banyak lagu-lagu yang sudah Mbah Surip cipta, tetapi saya hanya hafal beberapa. Lagu-lagu Mbah Surip begitu spontan dan sederhana tetapi selalu kontekstual dan mengena. Coba simak syair lagu berikut :

Tak Gendong, Kemana-mana
Tak Gendong , Kemana-mana
Enak Dong, Mau Dong, Lagi Dong

Where Are You Going
Okay, I am Coming
Where Are You Going
Okay, My Darling

Tak Gendong Kemana-mana
Tak Gendong, Kemana-mana
Enak Dong, Lagi Dong
Mau Dong, Tambah Dong
Capeeeeekkkk....


Dalam lagu itu tergambar betapa Mbah Surip menyediakan dirinya untuk ‘menggendong’, menolong yang lemah dan butuh tumpangan, membantu yang jatuh, mengangkat yang nista, untuk kemudian memanusiakannya. Apa lagi jika bukan CINTA namanya.

Saat kita masih kecil dulu, orang tua kita senantiasa menggendong kita. Begitulah caranya orang tua memperlakukan anaknya dengan cinta dan kasih sayangnya. Ditimang-timang dan di nina-bobo kan. Begitu juga dengan Mbah Surip. Ia memiliki jiwa ’ngemong’ karena jiwanya selalu terpelihara dengan cinta.

Simak juga syair lagu Mbah Surip berikut :

Bangun tidur, tidur lagi
Bangun lagi, tidur lagi
Baguuuuuunnnn...
Tidur lagi

Bangun tidur ayo terus mandi
Jangan lupa menggosok gigi
Habis mandiiiii...
Tidur lagi


Ini sebuah satir tentang ’kita’. Yang terlelap dalam tidur berkepanjangan. Seharusnya kita sudah bangkit dan berbuat sesuatu yang berguna, tetapi kita memilih tidur. Ketika diluar sana keadaan tak menentu, harga-harga sembako naik, BBM tak tak turun-turun harganya padahal harga minyak sudah turun drastis, sodara-sodara kita di Porong sampai kini tidak jelas nasibnya, para petani banyak yang gagal panen, banjir mulai menyambangi kampung-kampung dan kota kita, korupsi terus tumbuh subur, orang-orang rebutan kekuasaan dan sibuk mempersiapkan strategi pemenangan pemilu 2009, dst... tapi ’kita’ masih tidur, tidak bangun-bangun.

Kita pernah bangun, tapi hanya eforia sesaat. Sekejap saja kita bangkit dari tidur, mandi, lalu ’kita’ tidur lagi. Kita tidak pernah menjaga semangat kebangunan. Kita lupa bahwa cita-cita tidak bisa terwujud hanya dengan tidur dan bermalas-malasan. Harus bangkit dan berbuat sesuatu yang nyata, itu semua butuh kerja keras. Jika kesejahteraan yang kita inginkan bersama, jika kita ingin mengangkat harkat dan martabat kita bersama, seharusnya kita segera bangun, bangkit dan segera bertindak.

Mbah Surip menyadari sepenuhnya bahwa perubahan tidak akan tercipta dengan kemalasan. Sedangkan kemalasan telah menjadi karib kita. Mbah Surip gelisah. Namun tetap saja diakhir lagu ia tertawa, hah..hah..hah..hah... I LOVE YOU FULL...!

Lagu berikut cukup membuat saya kaget dan terperangah. Idenya syairnya gila tapi kena. Mbah Surip biasanya memulai dengan petikan gitar yang ’metal’ tapi ngawur tanpa ’cord’, asal dibunyikan bahkan dibuat bising dan memekakkan telinga, justru distorsi itu yang memperkuat ruh lagu ini. Begini syairnya :

Whaaaaaahhh.... Whaaaaaahhh... Awaaaaaasss... Awaaaaaasss... Setan-setan kerasukan manusia Setan-setan kerasukan manusia Sundel bolong.. datanglah... Sundel bolong.. datanglah... Datang nggak apa-apa... Nggak datang juga nggak apa-apa... Whaaaaaahhh... Whaaaaaaahhh...
Edan! Mbah Surip benar-benar jeli. Normalnya, manusialah yang seharusnya kerasukan setan. Tetapi bagi Mbah Surip, setan-setanlah yang kerasukan manusia. Karena ia melihat fenomena menarik bahwa semakin banyak manusia bertabiat setan. Mungkin Mbah Surip juga kasihan sama setan, jika semua manusia sudah bertabiat setan, lalu apa kerja setan? Apakah mereka akan jadi pengangguran?

Sehingga kemudian, yang sehari-hari kita lihat dan saksikan, bahkan mungkin dirikita sendiri adalah sesungguhnya setan yang sedang kerasukan manusia. Itu berarti esensi kita adalah setan, dan kemanusiaan kita hanya sebagai pembungkus saja. Kita berlagak melakukan derma tapi dibalik itu kita sedang menancapkan kepentingan pribadi atau gerombolan, kita bermanis-manis saat kampanye tapi setelah duduk dalam kekuasaan kita justru menistakan kostituen kita, kita kritik para koruptor padahal dalam hati mengatakan kenapa bukan kita yang maling, Isn’t That Interesting...?

Seringkali lagu yang Mbah Surip beri judul ”HENING” berikut ini yang ia jadikan lagu pamungkas, lagu penutupan. Kalau saya boleh lancang menerjemahkan syairnya, mungkin bisa saya tuliskan begini :

”....................................................................
......................................................................
......................................................................
....................................................................”


Tanpa musik tanpa suara, hanya beberapa detik, lalu ia bilang ”Terimakasih, hah..hah..hah..hah...”

Sungguh ke”HENING”an itu bisa menjelma jutaan puisi, bisa di interpretasikan menjadi berpuluh-puluh buku tebal. Karena hening bukan berarti hampa dan kosong. Bukankah segala yang ada berasal dari yang tiada? Bukankah semua yang terlihat berasal dari yang tak terlihat? Mbah Surip begitu jenius menginterpretasikan sebuah keheningan.

Dalam keheningan itu ada energi. Dalam keheningan itu terciptalah koordinasi antara pikiran sadar dan bawah sadar. Hening adalah ketika eksistensi bersinggungan dengan alam ruh, ketika garis ke-fana-an bertemu dengan keabadian pada satu titik ordinat, pada saat itu seluruh indera kita menjadi aktif, menangkap segala yang tampak dan yang tak.

Saya kira Mbah Surip sedang memperingatkan kita. Hidup kita begitu bising dengan kepentingan dan hasrat duniawi. Dan kita menjadi lupa dan hilang kewaspadaan kita. Kita menjadi orang yang tidak peka lantaran kita tidak pernah mengasah bathin dan hati nurani kita, dunia kita tampak suram karena kita selalu lupa membersihkan jendela hati kita, kita sering terkagum-kagum dan terpana bahkan tergoda melihat keindahan dunia sebab kita telah memadamkan cahaya ilahiah dalam kalbu kita.

* * *

Saya sebenarnya tak mengidolakannya, dan saya tahu persis Mbah Surip juga tidak akan mau di idola-idolakan. Saya hanya iri mengapa ia begitu berhasil menghadirkan kegembiraan dalam kehidupannya setiap saat, tak pernah bosan menebarkan cinta kepada sesama. Dan tulisan ini semata karena respek dan cinta saya kepada Mbah Surip.

Suatu kali saya menonton televisi. Kebetulan Mbah Surip di wawancarai dalam obrolan ringan. Kepada anak saya AYA (Eureka Digdaya) yang baru genap 1 tahun usianya, yang sorot matanya tertuju pada sosok gimbal di kaca televisi, saya katakan, ”Ay.. itu namanya Mbah Surip. Dia orang baik, karena hidupnya selalu penuh cinta dan kasih sayang. Begitulah seharusnya kita hidup, selalu penuh cinta...”

”Hah..hah..hah..hah... I Love You Full...” kata Mbah Surip di televisi.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

'TIKUNGAN IBLIS' - 30 Desember 2008 - PESAN SEKARANG - TIKET TERBATAS

TEATER DINASTI bersama
Emha Ainun Nadjib, Novia Kolopaking dan Kiai Kanjeng
mempersembahkan:

Pentas Kebahagiaan Keluarga Teater Dinasti 'TIKUNGAN IBLIS"
Pada 30 Desember 2008, Pukul 20.00 WIB,
Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Jl. Cikini Raya No. 73 Jakarta Pusat

Pementasan ini tidak menyebut dirinya “Pentas Teater” melainkan “Pentas Kebahagiaan Keluarga Dinasti”. Maksudnya kegiatan “Tikungan Iblis” bukan terutama kegiatan eksklusif kesenian, melainkan pendayagunaan kesenian untuk mengabdi kepada kemanusiaan, persaudaraan dan kemesraan sosial yang lebih multi-dimensional dibanding sekedar sebuah eksistensi pementasan teater.


Penulis Naskah Emha Ainun Nadjib, Tim Sutradara Jujuk Prabowo, Fajar Suharno. Parampara/supervisor/kontributor gagasan: Emha Ainun Nadjib, Indra Tranggono, Simon Hate, Toto Rahardjo, Fauzie Ridjal, Penata Musik Bobiet Santoso Art Director/Multimedia Ipung Way Ming

Para Pemeran: Joko Kamto (Smarabhumi/ Ibllis), Novia Kolopaking (Siti Majnunah), Novi Budianto (Prawiro), Setheng (Prawijo), Chithut DH (Prawito), Kumbo Makumbo (Prawidi), Joko Kusnun (Prawikun), Fajar Suharno (Maula Hasarapala), Bambang Sosiawan (Maula Hajarala), Tertib Suratmo (Maula Jabarala), Untung Basuki Maula Makahala), Jujuk Prabowo (Khabil), Jijit (Qabil), Jemek Supardi (Tapel), Agung Gareng (Tapel), Toro Marhen (Tapel), Irfan (Tapel), Whieka M (Tapel), Rina (Tapel), Delvi (Tapel), Delina (Tapel), Riska (Tapel), Ve (Tapel), Shelly (Tapel), Ratri (Tapel). Pemain Anak-anak : Hayya, Jembar, Dimas, Tido, Lintang, Krisna

Tim Produksi: Pimpinan Produksi : Ahmad Syakurun Muzakki Manajer Produksi: Eko Nuryono Bendahara : Muh Zaenuri Seksi Publikasi : Helmi Mustofa, M. Sholahuddin Seksi Transportasi : Agus Santoso Seksi Perlengkapan : Godor Widodo Seksi Keamanan : Rahmat Mulyono Seksi Latihan : Jujuk Prabowo

PESAN SEKARANG - TIKET TERBATAS

Informasi dan Reservasi :

TICKET BOX:
Gedung APHI Lt.3
Jl.Pasar Minggu Raya 1B
KM.17.7 Jaksel
Ph. 021-237 22707

Roni: 0818 08098811
Adi: 0818 217616


VVIP: Rp. 125.000,-
VIP: Rp. 75.000,-
Festival: Rp. 50.000,-

http://tikunganiblis.com/
http://tikunganiblis.kenduricinta.com/

*********************************************************************************************************************
Demi kesuksesan acara ini Panitia membuka kesempatan seluas-luasnya kepada jamaah maiyah untuk berpartisipasi tenaga maupun dana operasional.
SIlakan hubungi mas Andri Dwi 0818722710 atau Boim 081316235423
*********************************************************************************************************************

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters