Please, add your self in my guestbook...

Selasa, Oktober 21, 2008

KOMUNIKASI, itu KUNCINYA ! (#1)

FORMULA KOMUNIKASI EFEKTIF (1) – NLP Series

Komunikasi. Sepertinya kata itu begitu ’remeh-temeh’. Pernahkan kita berpikir bahwa hampir di setiap bagian dihidup kita memerlukan ’komunikasi’. Keharmonisan rumahtangga, konon tergantung bagaimana kita membangun komunikasi yang baik dengan dengan anggota keluarga. Sales mampu menjual produk, juga dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan komunikasinya. Seorang ’leader’ yang baik harus mampu mengkomunikasikan visi-misinya kepada anakbuahnya. Ustadz ataupun da’i, ketika melakukan syi’ar agama pun, jika cara komunikasinya kurang baik maka audiensnya akan terkantuk-kantuk. Maka ’komunikasi’ menjadi bisa dianggap sebagai salah satu kunci sukses dalam kehidupan. Jika kita ingin sukses dalam kehidupan kita maka bangun komunikasi yang baik.


Dalam komunikasi, normalnya kita menggunakan 3 kanal. Yaitu 1) kata-kata, 2) tonality atau mutu suara / intonasi dan 3) fisiologis atau bahasa tubuh. Komunikasi yang baik seharusnya mengoptimalkan kekuatan 3 kanal komunikasi tersebut.


Kata-kata yang kita gunakan tentu memiliki peran nyata dalam menyampaikan informasi. Namun demikian kata-kata dan kalimat-kalimat yang bagus sering diabaikan oleh orang lain apabila di ucapkan dengan kurang antusias misalnya, atau dengan nada yang datar-datar saja. Coba anda bayangkan apabila pidato Bung Karno yang kalimat-kalimatnya tersusun baik dan sangat heroik itu dibawakan oleh Tessy. Kata ’anjing’ jika di beri tekanan tertentu akan menjadi berbeda maknanya. Maka kata-kata yang bagus pun kurang menjamin terjalinnya komunikasi yang baik apabila tidak di dukung oleh intonasi yang proporsional.


Di beberapa workshop saya sering menanyakan ”jika ada dua lampu batterai, yang satu di biarkan nyala terus dan satunya dibuat nyala-hidup, nyala-hidup (saya mengatakan hal itu dengan menggunakan bahasa tubuh tangan saya) manakah yang cepat habis batterainya?” Banyak orang terkecoh oleh gerakan tangan saya, daripada memperhatikan kata ’nyala-hidup’. Padahal nyala terus dengan nyala-hidup itu sama saja bukan?


Itulah salah satu kekuatan bahasa tubuh (fisiologis). Menariknya, tubuh kita ini sebenarnya tidak bisa berbohong. Kata-katanya boleh bagus. Misalnya ketika anda mengatakan kepada pacar anda, ”aku cinta padamu” tapi anda mengucapkan itu tanpa menatap matanya, sambil melengos dan mencibir. Saya pastikan kalimat cinta anda akan diragukan oleh sang pacar. Karena bahasa tubuh anda justru mengatakan sebaliknya. Bahkan seringkali kita tahu maksud seseorang hanya dari bahasa tubuhnya. ”Eh, baju saya ngga matching ya..?” anda bertanya begitu misalnya, ketika teman anda mengamati pakaian yang anda kenakan sambil mengernyitkan dahinya. Bahkan istri anda tahu kalau anda lagi stress dan capek atau sedang ada masalah di pekerjaannya ketika ia pulang langsung lempar tas dan banting pintu, tanpa berkata-kata.
Tubuh kita tidak pernah berbohong. Karena ”body and mind are parts of the same cybernetic structure”.


Ada istilah yang disebut incongruent, atau ketidaksesuaian. Dalam tahap tertentu ini bisa dikategorikan sebagai ‘penyakit’. Namun dalam komunikasi normalnya kita patuh pada kaidah-kaidah alamiah. Misalnya jika kita mengatakan tentang perasaan, tangan kita menunjuk dada. Atau ketika kita bicara tentang pikiran, bukankah kita selalu menunjuk kepala atau jidat, kenapa kita tidak menunjuk dengkul kita? Ketika kita mengatakan ”burung terbang tinggi diawan”, tangan kita melambai keatas dan bukan ke bawah.


Melanjutkan hal tersebut, dalam komunikasi juga harus memperhatikan bahwa setiap kita memiliki preferensi dalam komunikasi. Ada yang preferensinya VISUAL. Orang-rang Visual berkomunikasi dengan ’mata’. Maksudnya orang-orang visual seringkali menggunakan kata-kata seperti; melihat, memperhatikan, gambaran, mengamati, memandang, terlihat, menurut pandangan saya, dsb yang berhubungan dengan ’mata’. Orang preferensi Visual suka dengan warna-warna. Beberapa cirinya adalah, jika berjalan cepat, jika berpakaian sangat memperhatikan kesesuaian warna dan cukup eye catching, rapi, bicaranya agak cepat dengan volume yang tinggi.


Berbicara dengan orang Visual, seyogyanya kita menggunakan bahasa-bahasa visual. Uniknya ketika membaca menu makanan di restoran (tanpa foto menu makanan) orang visual biasanya mengatakan ”kelihatannya ini enak” dan bukan ”rasanya, yang ini deh yang enak” padahal kan seharusnya bicara makanan itu kan berhubungan dengan rasa. Tapi begitulah orang Visual.


Ada yang memiliki preferensi AUDITORIAL. Orang-orang Auditori berkomunikasi dengan “telinga”. Jadi kalau anda sedang berkomunikasi dengan seseorang, kemudian orang itu memiringkan mukanya dan tidak melihat anda, belum tentu ia tidak tertarik dengan pembicaraan anda, karena bisa jadi ia memiliki preferensi auditori, ia sedang memasang telinganya, mendekatkan telinga ke sumber informasi. Orang auditori sering menggunakan kata-kata seperti; mendengar, kata orang, menurut hasil survey, suaranya, senyap, dsb yang berhubungan dengan ”pendengaran”. Beberapa ciri orang auditori adalah; suka memiringkan kepala, seing bicara dengan diri sendiri, bicara jelas dan ritmis, nafasnya didada.


Ketika orang auditori di hadapkan pada menu makanan di restoran, orang auditori akan mengatakan ”hmmm mie ayam cah jamur, kedengarannya enak nih”. Sekali lagi, soal makanan seharusnya soal rasa, tetapi kata yang digunakan oleh orang auditori adalah ”kedengarannya” untuk mengakses rasa makanan.


Berikutnya adalah orang yang memiliki preferensi KINESTETIK. Orang kinestetik selalu mengakses ”perasaan”. Kata-kata yang sering digunakan oleh orang kinestetik adalah : perasaan, rasanya, sentuhan, menarik, rileks, sedih, haru biru, dsb yang berhubungan dengan ”perasaan”. Beberapa ciri orang kinestetik : bicaranya pelan dan banyak jeda, sering menggunakan pakaian longgar (mode ngga penting baginya, yang penting nyaman), nafasnya dibawah dada, peka terhadap sentuhan/kontak.


Ketika kita bertanya tentang pekerjaan, ”apakah pekerjaanmu sudah diselesaikan dengan baik?” orang Kinestetik akan menjawab ”rasanya sudah pak” dan bukan dengan kalimat ”kelihatannya sudah, pak” atau ”kedengarannya sih sudah pak”.


Kunci komunikasi adalah orang cenderung menyukai kemiripan dengan dirinya. Maka tidak heran jika misalnya kebanyakan orang visual berkumpul dengan orang visual juga. Orang yang hobi bola cenderung akan bergaul dengan orang yang hobi bola juga. Orang yang hobi naik gunung tidak akan ’nyambung’ jika ngobrol dengan orang-orang yang suka catur, misalnya. Maka jika anda ingin berhasi dalam komunikasi, gunakan ketiga kanal komunikasi diatas (kata-kata, mutu suara dan fisiologis) dengan baik dan gunakan itu sesuai preferensinya.

.......bersambung......

(Ray Asmoro)

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters