Please, add your self in my guestbook...

Senin, Oktober 20, 2008

25% PENDUDUK ALAMI GANGGUAN JIWA...

Bangsa Yang Sakit (?)

(ray Asmoro)

Dalam keseharian Sariman seringkali marah-marah. Emosinya meluap-luap. Seperti air laut yang luber menggenangi daerah Penjaringan Jakarta Utara kemarin (10/10/2008). Istri Sariman cemas terhadap perubahan emosi suaminya itu. Sebelumnya ia sangat santun dan penyabar. Tetapi entah kenapa kini ia berubah.\


Belum ada yang memastikan penyebab perubahan emosi Sariman itu. Namun demikian mari coba kita amati, siapa tahu kita bisa sedikit mengurai simpul permasalahannya. Secara ekonomi, Sariman bukan termasuk orang yang kekurangan. Penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya, bahkan ada sebagian yang bisa ditabung setiap bulannya. Ia bekerja. Pekerja keras. Jam 6 pagi ia berangkat dari rumahnya, lantaran jarak dari rumah ke kantor harus ia tempuh selama hampir 2 jam. Jika mengukur jarak seharusnya bisa sampai dalam waktu 45 menit saja, tapi inilah Jakarta, matematika tak berlaku disini!


Saban hari ia harus memacu motornya melintasi jalanan Jakarta yang padat dan penat. 2 jam perjalanan itu sudah sangat menyita energi bahkan emosi. Maklum karena tidak ada namanya ketertiban dalam kamus lalu lintas disini. Semuanya sradak-sruduk. Sampai kantor ia sudah dalam keadaan cukup letih fisik maupun emosi. Kemudian ia harus bergelut dengan rutinitas kantor. Menyiapkan ini-itu, beradu argumen dengan teman sekerja bahkan dengan atasan, belum lagi ada intrik-intrik tertentu di dalam perusahaan yang memaksa ia untuk membuat strategi-strategi untuk tidak terdepak dari perusahaan itu. Banyaknya pekerjaan kadang memaksa ia untuk lembur. Jakarta harus disikapi seperti itu untuk bisa bertahan hidup, katanya suatu ketika.


Selepas jam kantor, masih menyisakan tugas-tugas yang harus diselesaikan, ia tumpuk itu dalam kepalanya yang sedikit peang. Lalu ia pun harus menyeberangi waktu 2 jam dijalanan lagi menuju rumahnya. 2 jam yang melelahkan setelah 8 jam di kantor yang juga melelahkan. Jadi total ada 12 jam yang melelahkan fisik maupun emosi, diluar rumah.


Di rumah, malam ia tidak bisa langsung tidur. Anaknya butuh perhatian juga. Lebih-lebih istrinya yang suka bercerita bahwa tetangga ini sudah punya ini, tetangga itu sudah punya itu, kita kapan punya? Kita kapan punya? Kata istrinya. Walaupun punya tabungan, toh Sariman harus berpikir agak lebih jauh, misalnya bagaimana mempersiapkan pendidikan bagi anaknya. Dan sebelum tidur, ia harus memeriksa pekerjaan kantor yang tadi ia simpan dikepalanya. Jam 12 malam atau kadang lebih, ia baru bisa memejamkan mata. Jam 5 pagi ia sudah harus bangun untuk persiapan kerja lagi. Rutinitas sehari-hari yang melelahkan fisik maupun emosi.


Itu baru persoalan internal. Belum lagi persoalan eksternal yang membuat Sariman harus melipatgandakan energi dan emosinya untuk menyikapinya. Misalnya tentang kanikan harga-harga kebutuhan pokok, kenaikan harga BBM, gas yang seringkali langka dipasaran, hiruk-pikuk politik yang memuakkan, di koran saban hari hanya ada berita-berita negatif tentang korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, maling, ketidakberesan birokrasi dan sebagainya. Semua itu semakin menambah ruwet sirkuit diotaknya. Semuanya tumpang-tindih dikepalanya, menyesak didadanya.


Kemudian yang tak kalah seru, bagaimanapun Sariman memiliki obsesi, walaupun tidak muluk-muluk yang ia punya. Ia hanya ingin kehidupan yang lebih sejahtera, lebih mapan, ada jaminan bagi pendidikan anaknya kelak, bisa punya mobil walupun tidak mewah, bisa perbaiki rumah yang dibeberapa tempat atapnya sering bocor, bisa bantu keluarganya yang kampung dan sebagainya. Dan untuk itu ia harus bersaing dengan 9.999.999 orang di Jakarta ini! Tentu ini juga menjadi ’beban’ tersendiri bagi Sariman.


Nah, dari situ mungkin kita bisa maklum jika kemudian Sariman berubah secara emosional. Ia larut dalam kebisingan dan tumpukan permasalahan dikepalanya.
Di NLP disebutkan bahwa ”mind and body are parts of the same cybernetic structure” artinya fisik dan fikiran akan saling kait-mengkait, saling mempengaruhi. Jika fikiran kita senang, maka kesenangan itu secara otomatis akan terrefleklsikan oleh tubuh kita. Jika fikiran kita kusut maka kusut pula nampaknya muka kita.


Celakanya, ternyata banyak yang mengalami apa yang Sariman alami. Di koran SINDO hari ini (21/10/2008, hal.12) diberitakan ”25% Penduduk Alami Gangguan Jiwa”, di Jakarta diperkirakan ada 2 Juta warga terkena neurotik, seperti depresi, cemas, dan psikosomatis. Bahkan diperkirakan ada 1 dari tiap 1.000 orang terkena skizofrenia.


Saya menjadi kuatir, apalagi saat ini orang-orang tengah ramai berebut kursi di pemilu 2009. Jangan-jangan diantara mereka yang maju menjadi calon legislatif, ataupun calon presiden atau calon wakil presiden, adalah orang-orang yang stress itu, yang sebenarnya depresi dan mengalami gangguan jiwa. Lha bagaimana nasib bangsa ini kalau nanti dipimpin oleh orang-orang yang secara kejiwaan ’sakit’?


Saya kira ini bukan omong kosong atau provokasi. Gejala kearah itu sangat terbaca jelas. Coba kita perhatikan pendapat Ida Ruwaida, sosiolog dari UI. Ia mengatakan, dalam konteks sosial bangsa Indonesia memang tengah ’sakit’ sosial, misalnya terkait kepribadian yang mendua, yakni sifat seseorang ternyata berbeda sekali dengan apa yang ditampilkan dimuka umum. Menjadi jelas bukan? Untuk dipilih sebagai wakil rakyat ataupun presiden, mereka bermanis-manis, tetapi kontra-produktif dengan kenyataannya dikemudian hari. Dan itu sudah terjadi. Akankah terulang lagi?


Suatu ketika Sariman berkonsultasi dengan sahabatnya, ia menanyakan bagaimana seharusnya ia menyikapi semua ini. Sahabatnya hanya mengatakan satu hal, ”Man, jika yang kamu cari kebahagiaan, kamu tidak akan pernah menemukannya, karena kebahagiaan itu harusnya di ciptakan, bukan dicari. Dan kemampuan orang menciptakan kebahagiaan dalam dirinya tergantung kemampuannya mensyukuri apa yang didapatkannya, dengan itu ia akan bisa memesrai keadaan, ia akan bisa berdamai dan mesra dengan segala situasi. Disitulah letak kebahagiaan itu Man...”


Oooaaalaaaahhh...


http://rayasmoro.multiply.com




Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters