Please, add your self in my guestbook...

Minggu, September 07, 2008

Gus Dur "Ogah" jadi presiden (?)

Gus Dur “EMOH” Jadi Presiden ?

(ray asmoro)

Ada sebuah selorohan, katanya ada 2 hal yang tidak bisa kita duga-duga di dunia ini, dan yang tau cuma dirinya sendiri dan Tuhan. Mereka adalah Supir Bajaj dan…Gus Dur! Kita tidak bisa duga kemana bajaj akan belok, kadang ia kasih ‘sign’ ke kiri tapi beloknya ke kanan. Hanya supir bajaj dan Tuhanlah yang tahu kemana bajaj akan dibelokkan dan kapan akan berhenti. Begitu juga dengan Gus Dur.


Tentu kita ingat betul bagaimana dulu PDIP ‘dipecundangi oleh’ Gus Dur. Bagaimana tidak, sebagai partai yang memperoleh suara terbanyak (98/99) PDIP tidak mampu mendudukkan ‘jago’nya sebagai presiden, dan malah ‘ujug-ujug’ Gus Dur tampil sebagai presiden melalui koalisi poros tengah (dan turun dari kursi kepresidenan juga oleh koalisi poros tengah).


Kita juga tentu masih ingat bagaimana ngototnya Gus Dur dan pendukungnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden, walalupun kemudian dinyatakan tidak lolos test kesehatan oleh KPU. Juga bagaimana sepak terjang Gus Dur di NU. Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu seperti ‘beras den interi’ oleh Gus Dur. Demikian pula PKB. Ia bangun partai itu, (dan menurut beberapa kalangan) ia juga yang memecah partai itu. Entah apa maunya Gus Dur… banyak yang menduga Gus Dur ingin berkuasa lagi.


Yang menarik adalah ketika Partai Buruh memintanya menjadi Calon Presiden 2009, beliau malah mengurungkan niatnya untuk maju menjadi capres, “Umur saya sudah 68 tahun, waktu hidup saya sudah tidak lama lagi” kata Gus Dur menanggapi pencalonannya oleh Partai Buruh (Sindo, 2 Sept 2008, hal 2).


Saya sangat respek kepada Gus Dur bukan lantaran saya fanatik atau pendukungnya. Saya tidak terdaftar sebagai anggota NU ataupun PKB. Jadi respek saya pada Gus Dur tentu tidak ada kaitannya dengan dukung-mendukung atau fanatisme sempit semacamnya. Bagi saya, Indonesia ini memang butuh manusia seperti Gus Dur. Ia kadang di posisi yang rawan, tapi ia dengan keyakinan kebenarannya tetap bertahan. Ia di cap sebagai ‘dajjal’ oleh kelompok islam garis keras, tapi ia tetap menyuarakan pluralitas yang dasarnya memang sangat jelas. Ia dianggap guru tapi tindakannya kadang tak mencerminkan sebagai orang yang layak digugu dan ditiru. Maka Gus Dur adalah paradoks. Agar kita belajar mengahragai dan memaknai perbedaan. Agar kita lebih dewasa dalam melihat permasalahan. Agar kita lebih arif dalam melihat kehidupan. Agar kita tidak terjebak dalam fanitisme semu.


Tapi saya jadi sangsi; pendapat saya itu salah. Bagaimana saya ndak sangsi, lha wong yang tau Gus Dur itu cuma dirinya sendiri dan Tuhan. Seperti halnya Bajaj. Kapan dia mau belok, kapan mau jalan, kapan mau berhenti, apa yang dia mau, apa yang dia perjuangkan, hanya dia dan Tuhanlah yang tahu.



Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters