Please, add your self in my guestbook...

Selasa, Juli 22, 2008

Kecap No. 1


INI KECAP NO.1

Pak Sariman namanya. Ia dikenal sebagai penjual kecap. Kecap yang ia jual bukan produksi industri besar layaknya indofood, yang ia jajakan adalah kecap-kecap hasil home industri yang tentu saja tidak pernah akan anda jumpai di supermarket. Setiap hari ia mengayuh sepedanya, dengan membawa kecap-kecapnya. Ada bermacam-macam brand kecap yang dibawanya, ada kecap cap burung belibis, kecap cab cabe rawit, kecap cap mangkok, kecap cap semar, kecap cap jigo, kecap cap jeng sri, kecap cap becak, kecap cap mobil dan sebagainya.

Yang menarik adalah, semua kecap itu diberi label "NO. 1" dengan huruf besar, bahkan lebih besar dari brand name kecapnya sendiri. Bagaimana mungkin semua kecap itu NO.1 ? Itulah yang terjadi di dunia per-kecap-an. Semua mengklain sebagai yang nomor satu, sebagai yang terbaik dan paling berkualitas.

Begitulah sekelumit cerita tentang per-kecap-an. Dan ternyata soal kecap-mengkecap, bukan sekedar komoditi pabrik kecap. Tetapi juga di dunia perpolitikan. KPU sudah menetapkan ada 34 kecap, eh maksud saya 34 parpol yang lolos seleksi dan berhak bertarung di pemilu 2009 nanti. Saat ini kecap-kecap itu, maaf, maksud saya parpol-parpol itu mulai menyusun strategi dan taktik untuk mengambil hati calon pemilih di pemilu 2009 nanti, sehingga eskalasi politik di negeri ini kian memanas dan seru ditengah-tengah kecenderungan semakin tingginya angka golput pada beberapa pilkada, juga di sela-sela ribut-ribut kasus korupsi yang sudah mewabah di negeri ini dari aceh hingga papua, di semua departemen, di semua lembaga baik itu eksekutif, legislatif maupun yudikatif, pun di antara krisis energi listrik yang membuat kampung kita 'byar-pet'.

Percis di dunia per-kecap-an, untuk menarik simpati dan dukungan calon pemilih, mereka mulai pada ngecap. Mengklaim dirinya sebagai kecap nomor satu. Memberikan harapan yang memabukkan; pendidikan dan perawatan kesehatan gratis, membuka peluang bagi kaum muda dan perempuan, menjanjikan ketersediaan lapangan kerja, dalih memperjuangkan kesejahteraan, akan menyediakan sarana dan prasarana umum lebih banyak, membersihkan koruptor dan masih banyak lagi koar-koar politis sebagai penyedapnya.

Saya sebenarnya bermaksud untuk tidak apriori terhadap kecap-kecap itu. Saya sendiri mencoba untuk tidak terburu-buru mencurigai semua label "KECAP NO.1" itu sebagai kebohongan semata. Siapa tahu dari sekian banyak kecap memang ada yang benar-benar memiliki kualitas dan citarasa nomor satu serta higienis. Tetapi faktanya, mereka yang dulu mengumbar janji dan mengklaim sebagai "KECAP NO.1" kini terbukti hampir tidak ada satupun yang bebas dari dugaan korupsi dan penyalahgunaan wewenang serta memperkaya diri sendiri dan gerombolannya saja.

Tapi namanya juga kreatif dan inovatif, untuk menempelkan label "KECAP NO.1" mereka mulai membuat kecap-kecap yang aneka rasa. Ada rasa strawbery, coklat, vanila atau durian. Untuk mendukung kreasi dan inovasi baru itu banyak kecap yang memasang wajah artis di botol kecapnya. Ada gambar penyanyi dangdut yang sedang goyangkan pantatnya, sungguh sensual. Ada gambar pemain sinetron dengan dandanan ala politisi 'beneran', mengenakan stelan jas lengkap plus senyum tipis dan peci hitam yang dikenakan sedikit miring dan macam-macam gaya lainnya. (Wah wah wah... mungkin ini yang dinamakan dunia politik bagaikan panggung sandiwara, lha pemain-pemain politiknya juga para pemain sandiwara atau sinetron... Saya membayangkan bagaimana misalnya nanti sidang pleno di Dewan yang banyak 'artis'nya, pasti bakalan seru, itu akan menjadi tontonan yang menarik. Saya punya ide, bagaimana kalau sidang Dewan yang nanti banyak artisnya itu disiarkan di semua stasiun TV, mungkin rattingnya akan sangat tinggi dan menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh para ibu rumahtangga dan para pembantu. Itu bisa jadi sumber duit lantaran akan banyak iklan yang masuk.)

Saya sejujurnya tidak antipati atas keterlibatan artis-artis di panggung politik. Jujur saja, sebagian memang benar-benar memiliki visi dan kompetensi yang OK lah... namun sebagian lagi masih harus dipertanyakan kemampuan dan pengalamannya. Tapi ya ndak apa-apa, sah-sah saja, karena setiap orang memiliki hak untuk memilih dan dipilih, ini negara demokrasi bung!

Pemilu disebut sebagai pesta demokrasi. Layaknya pesta, ia diharapkan menjadi meriah, semeriah-meriahnya. Ya ndak salah juga kalau dalam pesta kita mengundang artis-artis. Lha wong kalau kita hajatan misalnya sunatan atau pernikahan, kurang lengkap kalau ndak ada hiburannya, minimal organ tunggal dengan artis kampung. Namanya pesta kan identik dengan senang-senang. Dan dalam pesta biasanya dihidangkan berbagai menu makanan. Terserah anda mau pilih makanan yang mana, semua pakai "KECAP NO.1" dijamin 'mak nyusss!'.

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters