Please, add your self in my guestbook...

Selasa, April 07, 2009

Tenang...! Tenang...!

"Tenang, tenang, dengkulmu sempal!" kata Sariman.

Setelah masa kampanye 21 hari berlangsung dan telah terlewati, kini kita memasuki Masa Tenang. Atribut-atribut parpol dan caleg diturunkan, dibersihkan dari jalanan. Pembersihan atribut tersebut menjadi tanggungjawab dari peserta yang memasang, kata salah satu anggota bawaslu. "Lhah tembok pagar rumah saya ditempelin stiker caleg dari PK*, membuat pemandangan jadi nggak sedap, mending kalau fotonya ganteng atau cantik.. udah muka ancur gitu, sok-sok terlihat alim lagi. ini tanggung jawab siapa? Saya cat rumah saya dengan penuh perasaan, saya tuangkan seluruh kemampuan estetika saya untuk mempercantik pagar rumah saya, eee.. caleg2 ini malah nggak tau diri, nemelin stiker seenak udelnya sendiri, atau jangan-jangan pada sudah nggak punya udel ya.. Kagak ada otaknya kali ya tuh orang?!" kata Sariman, ngedumel.

Jelas dimasa tenang ini Sariman malah jadi nggak tenang. Tapi yang tidak tenang ternyata banyak juga. Sariman tidak sendirian rupanya. Bahkan kata SINDO, "Elite Parpol Tegang hadapi Pemilu" (7 april 2009, hal.3). Disuruh pada tenang kok malah tegang.. di suruh rileks kok pada malah ereksi (maaf, baca : tegang).

Sebenarnya masa tenang ini untuk siapa? Saudara-saudara kita di situ gintung pada resah, bagaimana mereka bisa tenang lha wong rumah dan harta benda mereka sdh ludes dan pemimpinnya hanya bisa saling tuding dan lempar tanggungjawab. Saudara-saudara kita di porong juga masih berharap-harap cemas soal ganti rugi lahan yang terendam lumpur panas lapindo, bagaimana bisa tenang? Sekian juta sarjana menganggur, bagaimana bisa tenang? Dan jika sedemikian banyak yang menganggur, kata para sosiolog hal itu bisa memicu penyakit/kerawanan sosial seperti pencurian, pencopetan, maling, rampok, penipuan dsb, lha bagaimana masyarakat bisa tenang? Akibat tidak adanya kemandirian ekonomi, krisis global mulai terasa imbasnya disini, ratusan ribu karyawan ter-PHK, sementara mereka harus tetap menghidupi anak istri, memikirkan pendidikan dan kesehatan, dan pengusahanya juga merasa dilematis, bagaimana mereka bisa tenang?

Dengan ketidaktenangan-ketidaktenangan seperti itu apakah akan berpengaruh pada meningginya angka GOLPUT dibanding pemilu sebelumnya? Itu jelas butuh pembuktian. Bagi Pak Sukemi, "Tidak Ada Alasan Untuk Golput" katanya di Koran SINDO, 7 april 2009, hal.3. Tapi tidak ada jaminan sama sekali bahwa dengan banyaknya partai peserta pemilu yang juga berarti banyak juga pilihan, akan bisa menurunkan angka Golput. Tidak ada garansi bahwa dengan mengenal caleg dari jutaan caleg yang ada terus kita percaya dan memilih mereka. Lha kalau terus menentukan pilihan itu di jadikan kewajiban.. lha wong kewajibannya sebagai pemimpin saja belum sepenuhnya dijalankan. Ini soal hukum sebab-akibat. Kewajiban itu adalah sebuah sebab, jika merasa berhak dipercayai dan dipilih, ya tunaikan dulu kewajibannya. Orang kok mau enaknya saja. Mau hasilnya doang, tapi prosesnya ogah jalanin. Mau hasil akhir yang bagus, tapi prosesnya sembarangan.. mana bisa..

Dan saya pikir, kata Sariman, caleg-caleg itu bagaimana bisa tenang dimasa tenang ini.. mereka sudah mengeluarkan duit sedemikian besar.. iya kalau kepilih, kalau tidak? hmmm... kelaut ajeee...!!!

Tidak ada komentar:

me and my self

Hand Made (lukisan crayon diatas kertas)

mulai 10 Nov 2008...

free counters